Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kumpulan Kisah Sedih dan Penuh Derita “Guru Indonesia” Karena Menghukum Murid Sendiri


kisah sedih guru indonesia


Kisah Guru :  Setahun ini, banyak sekali guru yang menderita karena menghukum muridnya sendiri. Mulai dari “sang guru” yang dipolisikan, sampai dengan “sang guru” yang harus “mati” karena mendapat tindakan “sadis”.

Sebenarnya, kisah sedih dan penuh derita yang dialami oleh “GURU-GURU INDONESIA”, bukan hanya terjadi di tahun ini saja. Dalam pengamatan kami dari berbagai media online, hampir setiap tahun, selalu saja ada guru yang menderita karena menghukum muridnya.

Sebagian dari pembaca KLIKKATA mungkin akan membela sang murid dan sebagai pembaca KLIKKATA yang lain membela sang guru.

Tulisan ini tidak diniatkan untuk mengadu domba, antara yang membela “guru” dan “murid”. Tetapi, tulisan ini hanya untuk mengumpulkan kisah-kisah sedih yang dialami oleh guru karena menghukum murid. Dan silahkan simpulkan masing-masing secara bijak.       

Berikut Ini adalah Kumpulan Kisah Sedih Guru :    

Memotong Rambut Gondrong Siswa Berujung Penjara

Mubazir, guru olah raga di SMAN 2 Sinjai Selatan suatu hari melakukan upaya penertiban siswa dengan memotong rambut gondrong. Saharuddin salah satu muridnya, menolak rambutnya di potong oleh Mubazir, dengan alasan akan memotong sendiri rambutnya. Faktanya, hampir seminggu rambut Saharuddin masih panjang, akhirnya Mubazir memutuskan untuk memotong rambutnya secara paksa.

Orang tua Saharuddin bernama Arifin-Najmiah, tidak terima dengan perilaku sang guru. Mereka memilih menempuh jalur hukum, dan akhir dari perseteruan tersebut, menjadikan guru pendidikan olah raga ini mendekam di penjara.

Menyusuh Siswa Sholat Dzuhur Berjamaah, Guru Divonis 3 Bulan Penjara  

Tahun 2017. Darmawati, seorang guru Mata Pelajaran Agama Islam di SMAN 3 Parepare divonis 3 bulan penjara, karena tuduhan memukul muridnya sendiri (AY) dengan “mukena” saat program Sholat Dzuhur berjamaah di sekolahnya.

Vonis tersebut jatuh, karena orang tua murid tidak terima dan melaporkan kejadian tersebut pada kepolisian.

Penting untuk diketahui, Sholat Dzuhur berjamaah di SMAN 3 Parepare adalah program sekolah dan wajib seluruh murid mengikutinya.          

Sang guru sebenarnya membantah bahwa dirinya memukul muridnya tersebut. Ia mengatakan bahwa ia hanya menepuk pundak “sang murid” menggunakan mukena, hal itu dibuktikan dari hasil visum terhadap AY yang tidak ditemukan luka sedikit pun.

Guru Hampir Dipenjara, Karena Menghukum Murid yang Tendang Temannya di Sekolah

Tahun 2010. Rahman, Guru SD Banyuwangi hampir saja dipenjara selama 5 bulan, karena menghukum muridnya sendiri. Dengan memukulkan penggaris ke betis kanan dan kiri sang murid.

Hukuman tersebut dilakukan oleh sang guru, karena muridnya tersebut memukul dan menendang temannya sendiri. Beberapa murid perempuan adalah korbannya. Akhirnya Rahman menghukum murid nakalnya ini dengan memukulkan penggaris ke betis kanan dan kiri.    

Ibu murid yang “memukul dan menandang temannya” ini tidak terima dengan apa yang dilakukan guru anaknya.

Rahman dilaporkan ke polisi.

Dalam persidangan, jaksa mendakwa Rahman dengan UU Perlindungan Anak dan menuntut Rahman untuk dipenjara selama 5 bulan.

Rahman termasuk guru yang beruntung, karena majelis hakim berpendapat lain. Menurut majelis hakim, pemberian sangsi berupa pemukulan pada betis kanan dan kiri bagian belakang dengan menggunakan penggaris kayu masih sesuai dengan kaedah pendidikan.


Menegur Murid Main Hape Di Kelas, Guru Ini Malah Dipolisikan

Seorang guru di daerah Wajo Sulawesi Selatan dipolisikan oleh salah satu murid dan walinya lantaran diduga melakukan aksi kekerasan.

Kekerasan fisik yang dimaksud adalah sebuah “cubitan kecil” yang dilakukan pada muridnya karena dari terus-terusan memainkan smartphone saat pelajaran berlangsung.

Beruntung permasalahan ini tidak sampai ke meja hijau, karena kedua pihak sudah menyelesaikannya secara damai.

Sebelum peristiwa damai tersebut, beberapa ormas setempat sempat melayangkan protes terhadap kasus ini. Dalam pandangan mereka, apa yang dilakukan guru itu bukanlah sesuatu hal yang kelewatan, bahkan mereka menganggap memang begitulah tugas seorang pendidik.


Sang Murid Tidak Terima Ditegur Ketika Tidur Saat Jam Pelajaran, Sang Guru Berujung Maut

Jika kisah sedih sebelumnya, berujung pada polisi. Kisah sedih guru ini, berujung pada liang lahat.

Tahun 2018. Budi Cahyono, guru kesenian di SMA Negeri 1 Torjun Sampang meninggal dunia.  Setelah dipukul oleh muridnya sendiri.

Sang murid yang sedang “asik tidur” di dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung, tidak terima ditegur oleh sang guru. Akhirnya melakukan tindakan sadis, memukul kepala sang guru hingga membentur tempat duduk di halaman sekolah.

Setelah pulang dan sempat tidur, kemudian sang guru mengeluh sakit dan muntah-muntah. Semua peritiwa di sekolah diceritakan pada istrinya.

Guru dilarikan ke rumah sakit dan berakhir meninggal dunia.