Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Kumpulan Sejarah Singkat Wali Songo Paling Inspiratif

Sejarah Wali Songo : Wali songo atau Wali Sembilan adalah “Wali-Wali Allah” yang punya pengaruh besar bagi pertumbuhan Islam di nusantara. Mereka (Wali Songo) berjuangan menyebarkan Agama Islam, dengan cara cara yang sangat halus. Sehingga secara perlahan jumlah umat Islam di Nusantara (Indonesia sekarang ini)  terus bertambah.

Di bawah ini adalah kumpulan SejarahWali Songo, dari berbagai sumber. Dari berbagai penelitian penelitian akademik, dari berbagai kampus di Indonesia. Semoga jejak Sejarah Wali Songo, menjadi inspirasi dan semangat juang kita sebagai generasi setelah Wali Songo.
        

Sejarah Singkat Wali Songo


Kumpulan Sejarah Wali Songo

Sejarah Singkat Sunan Gresik

Maulana Malik Ibrahim nama aslinya adalah Makdum Ibrahim As- Samarkandy. Beliau diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada awal 14. Dia juga disebut Syekh Magribi atau Jumadil Kubra.

Akan tetapi,masyarakat Jawa mengenalnya dengan nama Sunan Gresik. Dia bersaudara denagan Maulana Ishak,ulama terkenal di Samudera Pasai. Tahun 1392 Masehi Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

Daerah yang pertama kali disinggahinya adalah desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo,sekarang adalah daerah Leran kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur, kegiatan yang pertama yang di lakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung yang Ibrahim juga membuka pengobatan secara gratis kepada masyarakat sekitar.

Maulan Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah yang disisihkan dalam kasta agama Hindu. Dia pun segera mendapatkan tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Setelah pengikutnya banyak,kemudian beliau mendirikan pesantren di Leran, yang merupakan pesanren pertama di Indonesia. Dia mengajarkan ajaran Islam dengan cara-cara yang mudah diterima masyarakat.Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 Masehi.Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.


Sejarah Singkat Sunan Ampel

Sunan Ampel adalah putera tertua Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik). Pada masa kecilnya,ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa (Aceh) pada tahun 1401 Masehi. Dinamai Sunan Ampel karena dai tinggal dan mengajarkan agam islam di daerah Ampel atau Ampel Denta, sekarang kota Wonokromo,Surabaya. Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 Masehi. Sebelum ke Jawa. dia singgah terlebih dahulu di Plembang. Setelah tiga tahun di Palembang, ia pergi ke daerah Gresik dan dilanjutkan ke Majapahit. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban.

Dari perkawinannya itu, ia dikaruniai beberapa putra dan putri. Di antaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Draja. Sunan Ampel sangat perperan dalam mendirikan kerajaan Islam Demak, yaitu kerajaan Islam pertamam di Jawa. Dia pula yang mengangkat muridnya yang bernama Raden Patah, putra Prabu Brawijaya V Raja Majapahit waktu itu,untuk menjadi Sultan Demak pertama tahun 1475 Masehi.

Di Ampel Denta, beliau membangun dan mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan abad 15,persantren tersebut menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh di Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya yang terkenal adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santrinya disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Dalam pengajarannya, dia sangat menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Sunan Ampel wafat diperkirakan pada tahun 1481M di Demak dan di makamkan di sebelah barat Masjid Ampel.

Sejarah Singkat Sunan Giri

Pada waktu Sunan Ampel masih hidup, di daerah Gresik ada pula seorang ulama terkenal yang menyebarkan agama Islam, Sunan Giri. Nama kecilnya adalah Jaka Samudera. Ayahnya bernama Ishak berasal dari Pasai dan Ibunya bernama Sekardadu,putrid dari Raja Blambangan,Jawa Timur.

Ketika Maulana Ishak pergi ke Pasai dan tidak kmbali lagi ke tanah Jawa, Jaka Samudera diasuh dan dijadikan anak angkat oleh Nyi Gede Maloka (Nyi Gede Pinatih),seorang janda kaya raya.

Menjelang dewasa,Jaka Samudera pergi berguru kepada Sunan Ampel. Di sana Jaka Smudera bersahabat dengan Maulan Makdum Ibrahim, putra-putra Sunan Ampel dengan nama Raden Paku.

Jasa Sunan Giri dalam mengembangkan agama Islam di Nusantara sangat besar. Semasa hidupnya beliau banyak mengirimkan murid-muridnya ke kalangan pedangang dan para nelayan.

Dalam dakwanya,Sunan Giri menciptakan gending Asmara Dana dan Pucung. Sunan Giri juga terkenal sebagai seorang ahli pendidik bagi anak-anak. Dalam mendidik anak-anak,beliau menggunakan cara permainan yang berjiwa agama, seperti cublak-ublak suweng, jamuran, ilir-ilir, dan sebagainya. Setelah wafat, beliau dimakamkan di atas bukit Giri di daerah Gresik, Jawa Timur.

Sejarah Singkat Sunan Bonang

Nama asli Sunan Bonang adalah Raden Maulana Makhdum Ibrahim. Ayahnya bernama Raden Rahmat yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ampel, dan ibunya bernama Dewi Candrawati yang lebih sering disebut Nyai Ageng Manila. Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 M. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya yakni Sunan Ampel yang berada di Ampel Denta, khususnya dalam hal ketabahan mental dalam menyiarkan agama Islam. Setelah cukup dewasa, Sunan Bonang dikirim oleh ayahnya (Sunan Ampel) untuk menimba ilmu ke negeri Pasai. Kemudian setelah Sunan Bonang menyelesaikan belajarnya di negeri Pasai beliau kembali ke Jawa dan diperintahkan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di Tuban.

Dalam berdakwah Raden Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Sunan Bonang memahami bahwa dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat, maka beliau mempelajari kesenian Jawa antara lain seni bonang. Bonang adalah sejenis alat musik tradisional yang terdiri dari kuningan yang bagian tengahnya berbentuk lonjong bila bagian itu dipukul dengan kayu lunak maka akan muncul suara yang merdu. Setiap Raden Makhdum Ibrahim membunyikan alat musik tersebut pasti banyak penduduk yang berdatangan ingin mendenganrkan sekaligus menyaksikannya.

Dengan cara inilah Raden Makhdum Ibrahim menyebarkan ajaran agama islam kepada rakyat. Setelah rakyat bersimpati maka beliau menyisipkan ajaran-ajaran islam kepada mereka. Tembang tembang yang diajarkan oleh Raden Makhdum Ibrahim berisikan nilai-nilai keislaman sehingga tanpa terasa penduduk sudah memepelajari agama islam dengan senang hati tanpa paksaan. Sunan Bonang membuat tembang yang dikenal dengan tembang Tombo Ati / Penyembuh Hati.

Karena beliau sering menggunakan alat kesenian bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar Sunan Bonang.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 Masehi. Sunan Bonang meninggal di desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan bonang yang dari madura dan akan dibawa ke madura namun di tengah perjalanan tepatnya diperairan Tuban perahu para santri kandas dan pada akhirnya sunan bonang dimakamkan di Tuban namun, para santri beliau yang dari madura diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang ke madura.

Sehingga makam sunan bonang yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban. Ada tiga tempat yang menjadi lokasi makam Sunan Bonang. Lokasi pertama yaitu makam di belakang Masjid Agung Tuban, Jawa Timur. Di tempat ini juga terdapat bangunan sederhana “Astana Masjid Sunan Bonang”. Di dekat Astana tersebut letak makam Sunan Bonang.

Lokasi kedua, yaitu petilasan di sebuah bukit di pantai utara Jawa, antara Rembang dan Lasem, tempat yang dikenal sebagai Bonang, dan ditempat ini hanya terdapat pasujudan saja. Lokasi ketiga, makam Sunan Bonang di tambak kramat, PulauBawean. Ditempat ini diyakini bahwa hanya kain kafan Sunan Bonang yang di makamkan.

Sejarah Singkat Sunan Drajat

Nama kecil Sunan Drajat adalah Raden Qasim dan bergelar Raden Syarifuddin. Ia putra dari Sunan Ampel yang terkenal sangat cerdas. Ia lahir pada tahun 1470 Masehi dan bersaudara dengan Sunan Bonang.

Beliau terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial bagi masyarakatnya, baru memberikan pemahaman ajaran Islam. Ajarannya lebih ditekankan kepada kerja keras, kedermawan untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan kemakmuran bagi seluruh masyarakat.

Sunan Drajat memberi contoh serta mengajurkan kepada rakyat agar memiliki jiwa sosial. Ia juga mengajurkan rakyat agar suka menolong kepada fakir miskin yang mengalami penderitaan dan kesemmpitan. Hal itu yang selalu beliau tekankan kepada masyarakatnya karena sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Sejarah Singkat Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Beliau lahir sekitar tahun 1450 Masehi, Ayahnya seorang Adipati Tuban yang bernama Arya Wilatikta. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman dan Syeh Malaka.

Usia Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian, ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak,Kesultan Cirebon, dan Bante, bahkan juga kerajaan Pajang yang lahir pada 1546. Begitu juga awal kelahiran kerajaan Mataram Islam di
bawah Penembahan senopati.

Dalam dakwahnya,ia punya pola yang sama dengan Sunan Bonang.Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.Ia sangat menghormati seni dan budaya local.Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika langsung diubah adat istiadatnya.Mereka harus didekati secara perlahan-lahan dengan cara mengikuti budaya mereka sambil memengaruhi dengan ajaran agama.

Sunan Kalijaga menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwahnya.

Sejarah Singkat Sunan Kudus

Nama kecil Sunan Kudus adalah Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung (Raden Umar Haji) dan syarifah (adik sunan Bonang), sunan Ngudung.

Di Kesultanan Demak, Sunan Kudus di Jawa tengah seperti sragen , Simo hingga Gudung Kidul. Para wali lainnya menunjuk Jaffar Shidiq untuk berdakwah ke Kudus. Oleh sebab itu, beliau terkenal denagn nama Sunan Kudus. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, yakni sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus.

Sunan Kudus dalam mengajarkan agama kepada masyarakat dengan cara yang arif dan bijaksan. Beliau memadukan budaya dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat dengan ajaran Islam. Sunan Kudus membangun sebuah masjid yang bangunannya merupakan perpaduan antara budaya islam dengan budaya setempat waktu itu. Masjid tersebut sekarang di sebut Masjid Raya Kudus.Masjid itu juga disebut dengan nama Mesjid Menara Kudus, karena memiliki menara yang indah. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 dan dimakamkan di kota Kudus.

Sejarah Singkat Sunan Muria

Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga dari Dewi Saroh binti Maulana Ishak. Nama kecinya adalah Raden Umar Said atau disebut juga Raden Prawoto.

Nama Muria di ambil dari tempat tinggal terakhinya yaitu di lereng Gunung Muria, sebelah utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil seperti cara ayahnya, Sunan Kalijaga yaitu melalui seni dan budaya.

Beliau sangat suka bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam dan berdagang Oleh sebab itu, Sunan Muria menjadi wali yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di daerah pedesaan dan pedalaman pulau jawa.

Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil karyanya yang digunakan dalm berdakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.

Sejarah Singkat Sunan Gunung Jati

Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.Beliau seorang wali yang berjasa menyebarkan agama Islam di Jawa Barat dan sekitarnya, termasuk Jakarta. Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1448 Masehi. Ibunya bernama Nyai Rara Santang, puteri Prabu Siliwangi dari raja pajajaran. Sedangkan ayahnya bernama Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda (Maulana Sultan Mahmud), seorang ulama dan pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Plestina.

Setelah Kesultanan Bintoro Demak berdiri, dan restu dari kalangan ulama lain, beliau mendirikan kesultanan di Cirebon, Jawa Barat yang kemudian di sebut kesultanan Cirebon atau disebut juga kesultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya Walisongo yang memimpin pemerintah kesultanan.

Beliau bersama putranya mendirikan kesultanan Banten dan meletakkan dasar-dasar pengembangan Islam serta berdagangan di Banten diserahkan kepada putranya, Sultan Maulana Hasanuddin, yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Pada tahun 1568 Masehi,Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon.