Pengertian Tasawuf yang Sebenarnya, Menurut Para Ulama
Pengertian Tasawuf : Tasawuf berasal dari bahasa
Arab, yaitu tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf berasal
dari kata shuf, yang berarti bulu domba (wol kasar). Wol kasar adalah simbol
dari kesederhanaan.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa (yaitu jernih,
bersih atau suci). Makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memilik hati
yang bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan dirinya di
hadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan
melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat dan sikap yang kotor sehingga
mencapai pada kebersihan dan kesucian pada hatinya.
Pengertian Tasawuf Menurut Ulama (Para Ahli Agama)
Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari
pangkalnya denngan khalawt, riyadloh, taubah dan ikhlas.
Al-Junaidi
Tasawuf adalah membersihkan hati dari yang mengganggu
perasaan, memadamkan kelemahan, menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati
sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, menaburkan
nasihat kepada semua manusia, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal
hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syari’at.
Syaikh Ibnu Ajibah
Tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang agar bisa
bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian jiwa batin dan
mempermanisnya dengan amal shaleh dan jalan tasawuf tersebut diawalai dengan
ilmu, tengahnya amal dan akhirnya adalah karunia Ilahi.
H. M. Amin Syukur
Tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan untuk
membersihkan, mempertinggi dan memeperdalam aspek kerohanian dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah sehingga segala perhatian hanya tertuju kepada
Allah.
Ciri-Ciri Umum Tasawuf
1. Memiliki nilai-nilai moral
2. Pemenuhan fana (sirna) dalam realisasi mutlak
3. Pengetahuan intuitif langsung
4. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT
dalam diri sufi karena tercapainya maqamat atau yang iasa disebut maqam-aqam
atau tingkatan, dan
5. Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya
mengandung pengertian harfiah dan tersirat.
Sumber Ajaran Tasawuf
Al-Qur’an
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Surat al-Hadid Ayat 20-21)
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Surat Ali Imran Ayat 191).
Hadith
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman, “Barang siapa memusuhi seseorang wali Ku, maka aku mengumumkan peperangan terhadapnya. Tidak ada sesuatu yang mendekatkan hamba Ku kepada Ku yang lebih Aku sukai daripada pengalaman yang Aku wajibkan atasnya. Kemudian hamba Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada Ku dengan melaksanakan amalanamalan sunnah, maka Aku senantiasa mencintainya. Jika Aku telah cinta kepadanya, jadilah Aku pendengarnya yang dengannya ia mendengar, Aku penglihatannya yang dengannya ia mendengar, Aku tangannya yang dengannya ia memukul, dan Aku kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada Ku, Aku perkenankan permohonannya. Jika ia minta perlindungan ia Aku lindungi, dan jika ia mengulang-ulang sesuatu maka Aku adalah pelakunya, sebagaimana keraguan seorang mukmin yang membenci kematian, sementara Aku memebenci keburukan.