Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pengertian Takhrij Hadist dan Macam-Macam Metodenya


Pengertian Takhrij Hadist


Pengertian Takhrij Hadist : Kata takhrij dalam kamus bahasa Arab, “Al-Munjid Fi Al-Lughah” , adalah “menjadikan sesuatu keluar dari sesuatu tempat, atau menjelaskan suatu masalahyang berarti menampakkan, menerbitkan, menyebutkan, menumbuhkan, dan mengeluarkan sesuatu dari tempat”.

Sedangkan secara umum, kata takhrij dalam ilmu hadits, adalah menunjukkan letak Hadits dari sumber-sumber aslinya (sumber primer), untuk kemudian diterangkan rangkaian sanadnya, dan dinilai derajat haditsnya jika diperlukan”.

Metode Takhrij Hadist

Takhrij dengan Kata (Bi Al-Lafzhi)

Metode takhrij pertama ini, dengan melakukan penelusuran hadist melalui kata/lafal matan hadist baik dari permulaan, pertengahan, dan atau akhiran. Kamus yang di perlukan untuk menggunakan metode takhrij ini, salah satunya yang paling mudah adalah Kamus Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Hadits An-Nabawi yang disusun A.J Wensinck (dkk) sebanyak 8 jilid 4.

Takhrij dengan Tema (Bi Al-Mawdhu’)

Penelusuran hadis yang di dasarkan pada topik (muwdhu’), misalnya bab al-Khatam, al-khadim, al-Khusl, adh-khahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu hadist kemudian di telusuri melalui kamus hadits tematik. Salah satu kamus hadits tematik adalah Miftah Min Kunuz As-Sunnah.

Takhrij dengan Permulaan Matan (Bi Awwal Al-Matan)

Takhrij menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu matan di mulai dengan huruf mim maka di cari pada bab mim, jika di awali dengan huruf ba maka di cari pada bab ba dan seterusnya. Takhrij seperti ini diantaranya dengan menggunakan kitab al-Jami’ ash-Shaghir atau al-Jami’ al-Kabir karangan Imam As-Suyuti dan Mu’jam jami’ Al-Ushul fi Ahadits ar-Rasul, karya Ibnu al-Atsir.

Takhrij Melalui Sanad Pertama (Bi Ar – Rawi Al – A’la)

Takhrij ini menelusuri hadis melalui sanad yang pertama atau yang paling atas yakni para sahabat (muttashil isnad) atau thabi’in (dalam hadits mursal). Berarti peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya di kalangan sahabat atau thabi’in, kemudian di cari dalam buku hadis musnad atau al–Athraf. Diantara kitab yang di gunakan dalam metode ini adalah kitab musnadatau al-Athraf. Seperti Musnad Ahmad bin Hanbal, Tuhfat As-Asyraf bi Ma’rifat al-Athrafkarya al-Mizzidan lain-lain.

Takhrij dengan Sifat (Bi As-Shifah)

Takhrij ini dilakukan dengan cara mengetahui terlebih dahulu kedudukan hadits misalnya maudhu’, shahih, qudsi, mursal, masyhur, mutawatir, dan lain – lain.  Misalnya hadits maudhu’ akan lebih mudah di-takhrij melalui buku-buku himpunan hadits maudhu’ seperti al-Maudhu’at karya ibnu al-Jauzi, mencari hadits mutawatir takhrijlah melalui kitab al-Azhar al-Mutanatsirah ‘an al-Akhbar al-Mutawatirah, karya as-Suyuthi, dan lain-lain.