Pengertian Radikalisme Menurut Ahli (Beserta Ciri Ciri dan Penyebab Lahirnya Radikalisme)
Pengertian Radikalisme
: Istilah radikalisme, cukup akrab ditelinga dan mata kita. Baik media
televisi atau media-media online. Tapi, apa sesungguhnya pengertian radikalisme?
Radikalisme berasal
dari kata radikal.
Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Dalam
bahasa Inggris kata radical dapat bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik,
revolusioner, ultra dan fundamental.
Sedangkan radicalism artinya doktrin atau praktik penganut paham
radikal atau paham ekstrim.
Tentang pengertian radikalisme, para ahli juga
memberikan ragam pendapat.
Pengertian Radikalisme
Menurut Ahli
Sartono Kartodirdjo
Adalah gerakan sosial yang
menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai
oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum
yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.
A.Rubaidi
Radikalisme dalam lingkup keagamaan merupakan gerakan-gerakan keagamaan
yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan
jalan menggunakan kekerasan.
Ismail Hasani dan Bonar
Tigor Naipospos
Radikalisme dalam kajian Ilmu
Sosial, diartikan sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan yang
mendasar sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas social atau ideologi
yang dianutnya.
Ciri-Ciri Radikalisme
1. Sering mengklaim
kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat.
2. Perilaku beragama lebih memprioritaskan persoalan-persoalan sekunder dan
mengesampingkan yang primer.
3. Dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual yang digunakan
oleh Nabi, sehingga dakwah mereka justru membuat umat Islam yang masih awam
merasa ketakutan dan keberatan.
4. Kasar dalam berinteraksi, keras dalam berbicara dan emosional
dalam berdakwah.
5. Mudah berburuk
sangka kepada orang lain di luar golongannya.
6. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat.
Faktor Penyebab dan
Sumber Kemunculan Radikalisme
1. Pengetahuan agama yang
setengah-setengah melalui proses belajar yang doktriner.
2. Literal dalam memahami
teks-teks agama sehingga kalangan radikal hanya memahami Islam dari kulitnya
saja tetapi minim wawasan tentang esensi agama.
3. Tersibukkan oleh masalah-masalah
sekunder seperti menggerakgerakkan jari ketika tasyahud, memanjangkan jenggot,
dan meninggikan celana sembari melupakan masalah-masalah primer.
5. Berlebihan dalam mengharamkan banyak hal yang justru memberatkan
umat.
6. Lemah dalam wawasan sejarah
dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa mereka sering bertentangan dengan
kemaslahatan umat, akal sehat, dan semangat zaman.
7. Radikalisme tidak jarang muncul sebagai reaksi
terhadap bentukbentuk radikalisme yang lain seperti sikap radikal kaum sekular
yang menolak agama.